Selasa, 04 Maret 2025

ARTI LAMBANG DAN WARNA PADA GARUDA PANCASILA

ARTI LAMBANG DAN WARNA PADA GARUDA PANCASILA

ARTI WARNA-WARNA PADA LAMBANG GARUDA PANCASILA

Warna-warna pada lambang Garuda Pancasila memiliki makna tertentu. Ketentuan mengenai warna Garuda Pancasila tertuang dalam Pasal 49 UU Nomor 24 Tahun 2009.

Warna Hitam

Melambangkan keabadian. Warna hitam digunakan pada kepala banteng, perisai bagian tengah yang menjadi latar belakang bintang (sila ke-1), dan garis pada bagian tengah perisai. Warna hitam juga digunakan pada tulisan semboyan "Bhinneka Tunggal Ika".

Warna Putih

Melambangkan kesucian, kebenaran, dan kemurnian. Warna putih digunakan pada perisai bagian kanan atas (sila ke-3) dan kiri bawah (sila ke-5), serta pita yang digenggam burung Garuda.

Warna Merah

Melambangkan keberanian. Warna merah digunakan pada perisai bagian kanan bawah (sila ke-2) dan kiri atas (sila ke-4).

Warna Kuning

Melambangkan kebesaran, kemegahan, dan keluhuran. Warna kuning digunakan pada gambar bintang (sila ke-1), rantai (sila ke-2) dan padi (sila ke-5) dalam Garuda Pancasila.

Warna Hijau

Melambangkan kesuburan dan kemakmuran. Warna hijau digunakan pada gambar pohon beringin (sila ke-3) dan simbol kapas (sila ke-5) pada lambang Garuda Pancasila.



ARTI LAMBANG DARI MASING-MASING SILA PADA GARUDA PANCASILA


SILA PERTAMA

Sila Pertama "Ketuhanan Yang Maha Esa" dilambangkan dengan bintang yang bersudut lima berlatar hitam di bagian tengah perisai.

Bintang menggambarkan sebuah cahaya, seperti cahaya kerohanian yang berasal dari Tuhan kepada setiap manusia.

Bintang bersudut lima itu sendiri menunjukkan Pancasila itu sendiri, sedang posisinya yang berada di tengah perisai menunjukkan bahwa sila pertama inilah benteng terdepan yang menaungi sila-sila lainnya.

Di bagian bintang, terdapat latar berwarna hitam. Latar tersebut melambangkan warna alam yang asli yang memiliki Tuhan, bukanlah sekedar rekaan manusia, tetapi sumber dari segalanya dan telah ada sebelum segala sesuatu di dunia ini ada.


SILA KEDUA

Sila Kedua "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab" dilambangkan dengan tali rantai bermata segi empat dan bulatan yang saling terkait di bagian kanan bawah perisai berlatar merah.

Rantai yang saling terkait ini menggambarkan hubungan erat dan saling membantu antar sesama manusia.

Bentuk mata rantai segi empat menandakan laki-laki dan bentuk mata rantai lingkaran menandakan perempuan yang saling terkait selang-seling membentuk lingkaran menggambarkan baik laki-laki maupun perempuan harus saling membantu satu sama lain.


SILA KETIGA

Sila Ketiga "Persatuan Indonesia" dilambangkan dengan pohon beringin di bagian kanan atas perisai berlatar putih.

Pohon beringin sendiri merupakan salah satu jenis pohon yang memiliki akar tunggal panjang yang menjalar ke mana-mana. Hal ini menggambarkan "Persatuan Indonesia". Akarnya yang menjalar ke mana-mana juga menggambarkan keberagaman budaya Indonesia.


SILA KEEMPAT

Sila Keempat "Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan" dilambangkan dengan kepala banteng di bagian kiri atas perisai berlatar merah.

Banteng digambarkan sebagai hewan sosial yang senang berkumpul. Sifat banteng ini melambangkan musyawarah, sesuai dengan bunyi sila keempat, yaitu "Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan"


SILA KELIMA

Sila Kelima "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia" dilambangkan dengan padi dan kapas di bagian kiri bawah perisai berlatar putih.

Pada dan kapas sendiri merupakan pangan dan sandang yang merupakan kebutuhan pokok seluruh rakyat Indonesia, terlepas dari berbagai perbedaan latar belakangnya. Oleh karena itu, padi dan kapas cocok untuk menggambarkan sila "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia".


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  • SHARE